INGGRIS buat kedua kalinya kandas mengangkut Piala Eropa. 3 tahun kemudian di stadion kebesarhatian mereka di Wembley, mimpi‘ St George’ s Cross’ dibuyarkan oleh Italia. 2 minggu kemudian, regu ajaran Gareth Southgate dituntut memakan getir oleh kanak- kanak kecil Spanyol.
Alami bila Southgate frustrasi serta kesimpulannya memilah mundur selaku instruktur Inggris. Kariernya, bagus selaku pemeran ataupun instruktur, wajib selesai tanpa pendapatan paling tinggi.
Dikala sedang jadi pemeran, Southgate jadi pengeksekusi yang kandas melaksanakan eksekusi denda alhasil Inggris wajib berserah pada Jerman di semifinal Piala Eropa 1996. Kapsul getir itu pula terjalin di Stadion Wembley.
Kala setelah itu diyakini jadi instruktur Inggris, Southgate dengan cara berkilau sanggup 2 kali beruntun bawa regu asuhannya hingga ke perlombaan pucuk. Tetapi, ekspedisi yang tidak gampang itu tidak sempat datang di tempat tujuan yang di idamkan.
Kemudian, gimana kita wajib memperhitungkan hasil Southgate? Sepak bola memanglah kejam. Sehebat apa juga kemampuan seorang, jika beliau kandas menggapai pemenang, hingga seluruh itu tidak hendak sempat ditulis dengan tinta kencana. Dalam berolahraga tidak diketahui yang namanya pemenang 2 ataupun pemenang 3. Pemenang itu cuma satu. Mereka yang terletak di antrean kedua diucap dengan runners- up, bukan pemenang 2.
Kodrat Southgate tidak ubahnya semacam Bobby Robson yang cuma sanggup bawa Inggris maju sampai semifinal Piala Bumi 1990. Salah satunya instruktur yang menggoreskan hasil paling tinggi untuk‘ St George’ s Cross’ cumalah Sir Alfred Ramsey yang bawa Inggris memenangi Piala Bumi 1966.
Nyaris 6 dasawarsa Inggris tidak sempat lagi jadi pemenang. It’ s coming home cuma jadi jargon, faktanya sepak bola tidak sempat betul- betul dapat balik ke tanah kelahirannya di Inggris.
Apa yang salah?
Dengan pertandingan yang disebut- sebut selaku yang terbaik di bumi, ditambah sedemikian itu kuatnya kekuasaan klub- klub Inggris di Aliansi Eropa, jadi ironi kalau‘ the Three Lions’ tidak sempat dapat berhasil di invitasi besar bumi. Jadi persoalan, apa yang salah dengan pembinaan sepak bola Inggris?
Salah satu yang dapat dijadikan alibi yakni liberalisasi dalam pengurusan sepak bola Inggris. Dari 20 klub Aliansi Pokok, cuma bermukim 3 klub yang sedang dipunyai orang Inggris, lebihnya dipunyai asing.
Manchester City dipunyai oleh pangeran dari Abu Dhabi. Newcastle United dipunyai Pangeran Muhammad bin Salman dari Arab Saudi. Ada pula Manchester United serta Liverpool dipunyai wiraswasta Amerika Sindikat.
Kenapa kebijaksanaan liberalisasi kepemilikan itu salah? Sebab para owner asing itu menghasilkan klub itu semata- mata selaku bidang usaha. Mereka membeli pemeran terbaik di bumi supaya dapat menarik banyak pemirsa serta penggemar alhasil pemodalan mereka dapat kilat balik.
Manchester City hingga menemukan pengawasan kencang sebab dikira melanggar ketentuan finansial dalam membeli pemeran. Jumlah pengeluaran mereka tidak cocok dengan pemasukan alhasil pantas diprediksi terdapat ketakjujuran dalam informasi finansial.
Pihak Federasi Sepak Bola Inggris( FA) membuat ketentuan yang keras kepada ketakjujuran informasi finansial. Everton hingga 2 kali menemukan penyembelihan angka serta pula kompensasi duit sebab teruji melaksanakan ketakjujuran. Bermukim kekeliruan Manchester City yang belum dapat dibuktikan.
Sangat banyaknya pemeran asing di klub membuat Inggris kehabisan pemeran tiang. The Citizen, misalnya, sangat tergantung pada Kevin de Bruyne, Rodrigo Hernandez, Bernando Silva, Erling Haaland, Julian Alvarez, serta Jeremy Doku. Pemeran asal Inggris semacam Phil Foden, John Stones, serta Jack Grealish nampak muncul sebab terdapat pemeran asing yang jadi tiang. Kala tiang itu tidak terdapat, mutu Foden atau Stone jadi nampak medioker, biasa- biasa saja.
Perihal yang serupa terjalin pada pemeran semacam Bukayo Tiang atau Declan Rice. Mereka nampak muncul di Arsenal sebab terdapat Martin Odegaard, Jorginho, Thomas Partey, serta Gabriel Martinelli yang mendampingi. Kala rekan- rekan asing itu tidak terdapat di dalam regu, performa Tiang ataupun Rice jadi biasa- biasa saja.
Tidak memiliki playmaker
Perkara terbanyak yang dialami Southgate di Euro 2024 kemudian yakni tidak mempunyai playmaker yang dapat beliau andalkan. Dari 5 klub paling atas Aliansi Pokok masa kemudian, nyaris seluruh pengatur serangannya pemeran asing.
Ucap pemenang Aliansi Pokok Manchester City, yang menghasilkan De Bruyne dari Belgia selaku pijakan. Arsenal yang menaiki antrean kedua, motornya yakni pemeran Norwegia Odegaard. Liverpool amat tergantung pada gelandang Argentina Alexis MacAllister. Playmaker Aston Villa yakni gelandang Brasil Douglas Luiz. Salah satunya pemeran Inggris yang jadi pengatur serbuan cumalah James Maddison yang main di Tottenham Hotspur.
Ironisnya, para pemeran asing yang main di Aliansi Pokok malah hadapi pematangan dikala main di Inggris. Kala balik ke negaranya, mereka jadi wujud yang amat diharapkan. Spanyol asian mempunyai Rodri yang jadi terus menjadi matang sehabis main di Manchester City. Beliau apalagi tersaring selaku pemeran terbaik Euro 2024. Begitu pula dengan gelandang Manchester United Bruno Fernandez yang jadi pengatur serbuan harapan Portugal.
Inggris sesungguhnya amat berambisi Jude Bellingham yang matang di Bundesliga ataupun La Aliansi jadi pengatur serbuan. Hendak namun, sindrom pemeran bintang yang sangat kilat menghinggapi dirinya, membuat gelandang Real Madrid itu kandas memainkan kedudukan berarti untuk‘ St George’ s Cross’.
INGGRIS buat kedua kalinya
Kekalahan yang lagi- lagi dirasakan Inggris pastinya dapat jadi materi penilaian FA. Apakah mereka hendak lalu asik menghasilkan Aliansi Pokok selaku pabrik sepak bola ataukah dengan cara berbarengan menghasilkan Inggris selaku daya sepak bola bumi sebetulnya.
Dengan cara orang Inggris tidak kekurangan pemeran berbakat. Euro 2024 melahirkan Kobbie Mainoo selaku gelandang harapan era depan. Begitu pula dengan Cole Palmer yang senantiasa dapat jadi permainan changer untuk Inggris. Pemain- pemain belia itu wajib lalu diberi peluang buat dapat bertumbuh. Salah satunya metode tidak dapat lain yakni dengan berikan mereka lebih banyak peluang buat berkompetisi.
Seusai Euro 2024 seluruh negeri wajib bersiap mengalami eliminasi Piala Bumi 2026 di Amerika Utara. Tidak lain Inggris yang wajib lekas membina diri supaya dapat memperoleh karcis tampak di Piala Bumi 2 tahun kelak.
FA bukan cuma wajib mencari instruktur terkini buat mengambil alih Southgate, namun pula gimana menghasilkan pemeran Inggris jadi pemeran penting di Aliansi Pokok, bukan pemeran asing yang mencari lbs sterling serta peluang buat mematangkan game.
VIRAL kini danau toba akan di bangun raffi ahmad => Suara4d